Tampilkan postingan dengan label Penyu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penyu. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Oktober 2011

Solusi 6 - Dengan sedikit penyesuaian alat tangkap kita bisa selamatkan ribuan penyu dan burung laut.

Bagian dari seri '10 solusi untuk perikanan lestari.'

Ilustrasi penyu yang akan terpikat alat tangkap rawai / longline.
Gambar: www.cccturtle.org
Perikanan skala komersil, khususnya yang menggunakan teknik alat 'longline' atau 'rawai', biasa menggunakan ribuan kail berumpan dalam satu tali pancing yang panjangnya mancapai belasan kilometer. Sebab ini, banyak penyu dan burung laut mati tak sengaja tertangkap.

Setiap tahunnya 250.000 lebih penyu secara tidak sengaja mati, tenggelam, atau cacat akibat cara tangkap yang awalnya semata ditujukan untuk tangkap ikan pelagis besar seperti tuna, tongkol. Praktik semacam ini juga membunuh 300.000 lebih burung laut tiap tahun-nya.

Berita baiknya adalah, modifikasi sederhana dari alat tangkap bisa mengurangi dampak ini. Walaupun saat ini baru dilakukan di sebagian kecil laut dan perikanan dunia, sudah ada solusi di tangan kita.

Penyu terjerat longline
Bagi penyu, sekedar merubah kail bentuk 'J' ke kail lingkar bentuk 'O' ternyata bisa mengurangi kecelakaan penyu tertangkap hingga 90 persen. Penurunan dampak juga bergantung kombinasi antara ukuran kail (lebih besar lebih baik), umpan (pakai ikan ketimbang cumi yang memikat penyu), dan jenis penyu (penyu belimbing cenderung paling banyak yang selamat sebab penyesuaian alat tangkap ini).

Di luar perairan Indonesia, burung Albatross adalah spesies burung lautyang paling sering mengalami kematian 'buatan' ini akibat alat tangkap ikan. Burung laut terkadang mengerubung di belakang kapal terpikat umpan yang melekat di kail - sering kali mereka ikut tenggelam bersama tali pancing atau berbenturan dengan kabel-kabel penarik rawai atau pukat yang bergerak.

Ternyata, dengan sesederhana memasang 'rumbai-rumbai penakut' di bagian tali pancing efektif mengusir burung laut, dan menambah pemberat pada rawai membuat tali pancing berumpan masuk ke air lebih cepat sebelum memikat burung laut.

Pendekatan modifikasi sederhana alat tangkap semacam ini sedang di galakkan di perikanan komersil perairan temperate (bersuhu sedang). Sejauhmana Indonesia praktik penangkapan ikan di Indonesia sudah menerapkan hal serupa - kita perlu telaah bersama.

Digubah kembali dari kutipan tulisan dari Carl Safina oleh Siham Afatta

Kamis, 13 Januari 2011

Perdagangan Ilegal Telur Penyu di Kalimantan

Salah satu sudut di Kalimantan dimana telur penyu banyak dijual.

Dari PROFAUNA:

Ada enam jenis penyu yang ditemukan di perairan Indonesia, antara lain penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu pipih (Natator depressus) dan penyu tempayan (Caretta caretta). Semua jenis penyu tersebut secara nasional telah dilindungi berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.

Meskipun telah dilindungi di banyak kota di Kalimantan perdagangan telur masih terus terjadi. Telur penyu yang diperdagangkan tersebut sebagian besar telur penyu hijau (Chelonia mydas) dan sedikit penyu sisik (Eretmochelys imbricate). Bahkan telur penyu asal Kalimantan tersebut juga diperdagangkan sampai ke Malaysia.

Investigasi ProFauna Indonesia yang didukung oleh Humane Society International dan Born Free Foundation pada bulan Mei hingga Agustus 2010 menunjukan bahwa perdagangan telur penyu masih terjadi secara terbuka di Kalimantan. Dari 29 lokasi yang dikunjungi di Pulau Kalimantan, 18 lokasi (62%) diantaranya dijumpai adanya aktivitas perdagangan telur penyu. Telur penyu yang diperdagangkan di Kalimantan, tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, tetapi juga terjadi di kota-kota kecil. Berdasarkan lokasi yang dikunjungi, Propinsi Kalimantan Barat merupakan propinsi yang mempunyai jumlah lokasi paling banyak dalam menjual telur penyu yakni ada 10 lokasi (56%), kemudian diikuti Kalimantan Selatan 5 lokasi (28%), Kalimantan Timur 2 lokasi (11%) dan Kalimantan Tengah 1 lokasi (5%).

Diperkirakan dalam satu bulan ada sekitar 100.000 butir telur penyu yang diperdagangkan di seluruh pulau Kalimantan. Beberapa kota besar di Kalimantan yakni Pontianak, Banjarmasin dan Samarinda masih menjadi pusat perdagangan telur penyu di Kalimantan. Samarinda, Kalimantan Timur tercatat sebagai kota yang mempunyai jumlah pedagang telur penyu yang paling banyak.
Harga telur penyu yang dijual di Kalimantan bervariasi harganya, mulai dari Rp 1.500 hingga Rp 8000 per butir. Namun kebanyakan harganya adalah Rp 3500.per butir. Diperkirakan nilai perdagangan telur penyu di Kalimantan adalah sebesar Rp 4,2 milyar per tahun.
Film tentang perdagangan telur penyu di Kalimantan bisa dilihat di link berikut: "Sea Turtle eggs trade in Kalimantan".

Telur penyu yang diperdagangkan di kota-kota Kalimantan disamping berasal dari pantai-pantai di wilayah Kalimantan sendiri, juga banyak dipasok dari berbagai daerah luar Pulau Kalimantan, misalnya: Midai, Serasan, Natuna, Sulawesi Selatan dan Pulau Sembilan. Ironisnya beberapa kawasan yang menjadi pusat pengambilan telur penyu tersebut justru merupakan kawasan perlindungan alam, seperti Kepulauan Sembilan yang statusnya adalah cagar alam.

Menurut hukum yang ada di Republik Indonesia, perdagangan telur penyu adalah kegiatan ilegal. Dalam UU nomor 5 tahun 1990 disebutkan bahwa pelaku perdagangan satwa dilindungi termasuk telur penyu bisa diancam hukuman penjara 5 tahun dan denda Rp 100 juta. Sayangnya meskipun sudah dilindungi, perdagangan telur penyu masih banyak terjadi di Kalimantan. Padahal sebagian besar pedagang telur penyu tersebut mengetahui bahwa perdagangan telur penyu tersebut adalah dilarang. Pemerintah dan aparat penegak hukum perlu mengambil tindakan untuk menghentikan perdagangan ilegal telur penyu tersebut.

Bantu Kami (ProFauna) Menghentikan Perdagangan Telur Penyu

Perdagangan telur penyu adalah illegal dan kriminal. Bantu kami menghentikan perdagangan telur penyu ini dengan mengirimkan surat ke pemerintah Indonesia untuk mendorong pemerintah agar mengambil tindakan tegas dalam mengontrol perdagangan telur penyu di Kalimantan. Silahkan kirim surat anda ke:

Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan
Gedung Manggala Wanabakti Blok I Lt. 3
Jalan Gatot Subroto - Senayan - Jakarta - Indonesia - 10270
Telp. +62-21-5704501-04; +62-21-5730191

Penyu hijau sedang berenang.
Foto: Michele Westmorland/Boston.com

Kamis, 02 Desember 2010

Diver sejati: Penyu Belimbing yang pandai mengatur daya apung tubuh.

Penyu Belimbing sedang merapat di pantai.
Foto: endangered.nothingbut830.com

Penyu Belimbing memiliki kemampuan selam yang unik. Mereka dengan rutin menyelam hingga kedalaman ratusan meter dan diketahui hingga mencapai 1250 meter. Penyu Belimbing diduga menempuh kedalaman untuk menghindari predator, mencari mangsa dan menghindari panas di kawasan tropis. Namun, kemampuan mereka dalam mengatur daya apung / buoyancy (baca: 'boyansi') masih dipertanyakan.

Penyu Belimbing menuju ke kedalaman


Sabrina Fossette dari Swansea University menjelaskan bahwa tidak ada orang mengetahui sebelumnya bagaimana penyu menyelam: Apakah mereka berenang/mengayuh langsung ke kedalaman, ataukah mereka menurunkan daya apung mereka dan turun layaknya batu?. Penasaran akan cara penyu Belimbing turun ke kedalaman, Rory Wilson dan kolaborator riset, Molly Lutcavage, mencoba menempatkan data logger (alat perekam kondisi lingkungan) pada penyu Belimbing betina saat mereka merapat untuk bertelur di St Croix, kepulauan US Virgin. Mereka menemkan bahwa penyu Belimbing megatur daya apung dengan menyesuaikan jumlah udara yang mereka ambil sesaat sebelum turun ke bawah.

Penemuan mereka diterbitkan di Journal of Experimental Biology, 12 November 2010 lalu. " Sangat mengagumkan ketika anda melihat penyu Belimbing keluar dari air, bagaikan dinosaurus," ujar Fossette, sesaat pulang dari mengumpulkan data di Samudera Hindia. Fossette, Andy Myers, Nikolai Lebssch dan Steve Gardner menempelkan akselerometer pada lima betina saat mereka lepaskan telur. 8-12 hari kemudian untuk penyu-penyu kembali kepantai lagi untuk melepaskan telur lagi dan kembali ke laut dan saat itulah akselerometer di ambil kembali. Mereka menemukan bahwa hanya dua data dari lima rekaman akselerometer yang bisa diolah. Dari alat perekam data yang berfungsi didapatkan catatan 81 selaman dan setelah dianalisa tim, kedalaman tercatat mulai 64 meter hingga 462 meter.

Penyu Belimbing sedang menetaskan telur di pantai.

Kembali di Universitas Swansea, tim riset menganalisa data temperatur dan tekanan air laut serta akselerasi saat renang yang dicatat oleh logger. Fossette menjelaskan bahwa saat di kedalaman penyu Belimbing juga berenang dan untuk pertamakalinya aktifitas lokomotor penyu saat selam dalam bisa tercatat.

Dari data akselerasi, gerakan penyu Belimbing saat menyelam ke kedalaman menukik dengan sudut rata-rata 41 derajat. Dalam awalan renang-nya, kayuhan lengan sirip penyu bisa membawa penyu melaju selama 3 detik. Namun ketika mereka turun semakin dalam lagi, tenaga kayuhan mereka berkurang hingga tidak berenang sama sekali sesaat daya apung mereka negatif dalam kedalaman maksimum yang mereka capai. Tim riset menemukan bahwa penyelam terdalam memiliki daya apung yang juga lebih lama juga dan cenderung memulai meluncur (gliding) ketika memasuki kawasan paling dalam. Tim riset menduga bawha penyu mengatur daya apung mereka sebelum turun menyelam dengan mengeatur jumlah udara yang mereka ambil di permukaan. Fossette juga mengatakan bahwa dari 80% dari selaman penyu penetas ke dasar, merekacenderung meluncur ketimbang berenang, yang diduga untuk menyimpan energi yang juga penting untuk produksi telur.

Penyu Belimbing kembali kelaut seusai melepaskan telur.

Tim riset saat ini tertarik untuk melihat pola selam Penyu Belimbing di kawasan ruaya mereka di laut Atlantik Utara. Fossette menerangkan juga bahwa telur penetas kehilangan berat badan, sedang kan penyu peruaya cenderung menambah berat badan dari makan; dan dua hal ini mempengaruhi daya apung dan prilaku selam masing-masing penyu. Namun, untuk penyu peruaya, penempelan logger (tagging) pada penyu seberat 400 kilogram dilakukan langsung di laut lepas, tidak bisa di pantai sebagaimana pada penyu penetas, dan itu satu tantangan teknis terbesar dalam penelitian mereka.



Referensi

S. Fossette, A. C. Gleiss, A. E. Myers, S. Garner, N. Liebsch, N. M. Whitney, G. C. Hays, R. P. Wilson, M. E. Lutcavage. Behaviour and buoyancy regulation in the deepest-diving reptile: the leatherback turtle. Journal of Experimental Biology, 2010; 213 (23): 4074 DOI: 10.1242/jeb.048207

Minggu, 22 Agustus 2010

Penyu Mukomuko Terancam Abrasi


Jejak penyu di pantai seusai bertelur di malam hari.

Bengkulu (ANTARA News) - Habitat penyu langka di Desa Air Hitam, Kecamatan Pondok Suguh, Kabupaten Mukomuko terancam digerus abrasi pantai akibat kawasan cagar Alam sekitar itu rusak.


"Hutan cagar alam di wilayah itu luas seluruhnya 85 hektare sudah dirambah warga mencapai 50 hektare dan dijadikan kebun kelapa sawit," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu Andi Basrah didampingi Kabau TU Supartono, Minggu.

Sisa 35 hektare itu sekarang masih digerogoti perambah di beberapa desa antara lain warga Desa Air Hitam dan Sinar Laut setempat.

Kawasan hutan cagar alam seluas 85 Hektare itu kembali akan dihijaukan karena ancaman abrasi pantai terus mengerus itu, sehingga akan mengganggu habitat dan budidaya penyu langka setempat.

Upaya menghijaukan kembali kawasan itu BKSDA sudah menurunkan tim terpadu untuk menebangi ribuan pohon kelapa sawit perambah dalam kawasan cagar alam tersebut.

Tim sudah diturunkan mulai, Sabtu (21/8) sampai saat ini sudah berhasil menebang sekitar 400 batang kelapa sawit disepanjang tapal batas dengan lahan warga setempat.

Penebangan pohon kelapa sawit tersebut disaksikan warga, kelapa desa, camat dan Asisten I Setwilda Kabupaten Mukomuko.

Tahap pertama ini dilakukan penebangan tiga jalur pada batas, berikutnya akan dilanjutkan setelah bulan puasa, namun sebelumnya penebangan tahap kedua seluruh perambah dalam kawasan itu akan diperiksa di Polda Bengkulu.

"Nanti akan diberikan solusinya apakah perambah bersedia menanam pohon pelindung sekaligus memeliharanya sampai besar, atau mau diproses hukum dan penebangan dilanjutkan tim terpadu," kata Andi.

Tim terpadu sebanyak 150 orang dari petugas Polisi kehutanan, anggota Polda Bengkulu dan TNI itu, melibatkan 40 pasang operator gergaji mesin (chainsaw).

"Kami tidak akan berikan kesempatan bagi perambah untuk memelihar tanaman kelapa sawit tersebutm apalagi mau membuka lahan baru,"katanya.

BKSDA Bengkulu juga menertibkan ribuan perambah dalam kawasan lahan konservasi seluas 45 ribu hektare yang saat ini sudah 75 persen rusak.

Razia berikutnya akan melibatkan tenaga gajah untuk mencabut tanaman perambah dan merobohkan pondok mereka, "bila perlu pondok-pondok itu dibakar seperti dilakukan dalam kawasan taman wisata alam Bukit Kaba Rejang lebong belum lama ini," katanya.
(ANT/A038)

Kamis, 05 Agustus 2010

Jutaan penyu diperkirakan telah mati akibat perikanan komersil dunia.

Jumlah penyu yang terjerat oleh alat tangkap ikan komersil dalam 20 tahun kebelakang mungkin telah mencapai jutaan, menurut studi peer-review yang mengkompilasi data bycatch (tangkapan sampingan) penyu dari perikanan gillnet (jaring insang), trawl (pukat) dan longline (rawai) di dunia.

Penyu ikut tertangkap.
(Foto: www.endoverfishing.org)

Studi tersebut dipublikasikan online tanggal 6 April di Jurnal Conservation Letters, menganalisa data yang dikumpulkan dari beberapa artikel jurnal ilmiah, laporan pemerintah, laporan teknis dan proceeding simposia yang diterbitkan antara tahun 1990 hingga 2008. Semua data berdasarkan pengamatan langsung lapangan atau wawancara dengan nelayan. Studi ini tidak mencakup data dari perikanan rekreasi.


'Pesta' penyu akibat gillnet.


(Photo © Projeto Tamar Brazil-Image Bank)


Enam dari tujuh spesies penyu dunia saat ini terdaftar sebagai vulnerable (rentan), endangered (terancam punah), atau critically endangered (kritis terancam punah) dalam IUCN Red List of Threatened Species.

"Pengamatan lapangan langsung dan wawancara dengan nelayan mengindikasikan 85.000 penyu telah terjerat antara 1990 dan 2008. Namun, sebab laporan ini hanya mewakili kurang dari satu persen armada perikanan yang ada didunia, belum lagi dengan sedikit atau bahkan tidak ada informasi dari perikanan skala kecil di penjuru dunia, kami mengestimasi bahwa total sebenarnya setidaknya dua digit lebih tinggi lagi;" ujar Bryan Wallace, penulis utama dari artikel ilmiah baru ini.

Wallace adalah penasehat senior untuk the Sea Turtle Flagship Program di Conservation International dan asisten professor di Nicholas School of the Environment, Duke University.

Ulasan data global mereka mengungkap bahwa laju bycatch tertinggi yang dilaporkan dari perikanan longline datang dari kawasan Baja California, Meksiko; laju tertinggi untuk perikanan gillnet terjadi di kawasan Adriatik Utara laut Mediterania dan untuk trawl laju tertinggi terjadi di lepas semenanjung Uruguay.


'Pesta' penyu akibat longline.
(Photo © Projeto Tamar Brazil-Image Bank)


Ketika laju bycatch dan jumlah aktifitas perikanan yang teramati untuk ketiga jenis alat tangkap digabungkan dan di-rangking untuk semua kawasan, empat kawasan muncul sebagai prioritas konservasi utama: laut Pasifik Timur, Mediterania, Atlanik Barat Daya dan Atlantic Barat Laut.

"Meskipun angka kami hanya estimasi, mereka tetap menunjukkan pentingnya keberadaan panduan atau aturan main dalam peralatan dan praktik perikanan untuk membantu mengurangi dampak negatif ini", ujar Bryan.

Pencegahan efektif untuk mengurangi bycatch penyu termasuk penggunaan kait lingkar dan umpan ikan dalam perikanan longline, dan Turtle Excluder Device (TED) di trawling. Kebanyakan dari modifikasi alat tangkap yang efektif malahan dikembangkan oleh nelayan sendiri.


Cara kerja TED dalam membuat ruang bagi penyu untuk 'kabur'.
(Foto: danamccauley.wordpress.com)



Bryan berkata bahwa perikanan longline Hawaii dan perikanan Australia telah mengurangi bycatch secara signifikan melalui hubungan kerja yang dekat antara nelayan dengan pemerintah pengelola, penggunaan pengamat di geladak dan modifikasi alat wajib dan inovasi teknologi. TurtleWatch, sebuah database real-time menyediakan update harian untuk temperatur air dan kondisi laut lainnya yang menandakan dimana penyu bisa ditemui, telah memandu nelayan dalam menghindari penempatan alat tangkap di lokasi tersebut.

Pendekatan lainnya, seperti penetapan kawasan perlindungan laut dan penetapan quota tangkap, juga mengurangi bycatch, menjaga biodiversitas laut dan memicu stok ikan yang sehat - dalam beberapa kasus, ujar Bryan.

Penyu melepaskan diri dari pukat melalui TED.
(Vidio: NOAA office of education)

Bycatch dari perikanan adalah ancaman akut bagi populasi penyu dunia saat ini. Banyak hewan laut mati atau terluka akibat interaksi ini," ujar Bryan. "Namun pesan kami intinya bahwa ini bukan kehilangan semata. Pengelola dan nelayan bisa memilik peralatan yang bisa mereka gunakan untuk mengurangi bycatch, menjaga biodiversitas laut dan mendukung stok ikan yang sehat, sehingga semua menang, termasuk penyu."

Telaah diri kita baik-baik sebelum menyantap seafood di depan mata kita.
Bagaimana dengan Laut, Kita dan Indonesia?

Referensi:
Wallace et al. Global patterns of marine turtle bycatch. Conservation Letters, 2010; DOI: 10.1111/j.1755-263X.2010.00105.x


Kapal Cina penuh dengan penyu ditahan di Tarakan Kalimantan.
(Foto: www.wildlifeextra.com)

Sabtu, 24 Juli 2010

Pantai Padang Lokasi Perdagangan Telur Penyu Terbesar di Dunia



PADANG--Pantai Padang di Kota Padang merupakan tempat perdagangan telur penyu terbesar dan paling terang-terangan di Indonesia, bahkan mungkin juga di dunia. Padahal perdagangan telur penyu telah dilarang undang-undang.

Hal itu dinyatakan Harfiandri Damanhuri, peneliti penyu dari Sea Turtle Information Centre of Indonesia (Setia). Bahkan ia menyebut Pantai Padang sebagai ‘Pasar Regional Telur Penyu'.

Menurut Harfiandri, penyu sudah ditetapkan oleh CITES appendix I katagori hewan yang terancam. Penyu dan telurnya juga sudah dilarang Undang-Undang No.5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya untuk dieksploitasi. Namun di Kota Padang perdagangan telur penyu, bahkan dalam jumlah banyak, masih tetap bebas.

"Di tempat lain ada yang menjual telur penyu, tapi tidak banyak, paling sekantong dua kantong, kalau di Pantai Padang sekitar 20 gerobang berderet menjual telur penyu," katanya.

Ironisnya, tempat itu tak jauh dari kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang. Selain itu, Sumatera Barat juga sudah ditetapkan salah satu dari 15 provinsi di Indonesia sebagai kawasan konservasi penyu.

"Pemerintah daerah dan lembaga terkait kurang tegas, sudah ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi kok dibiarkan terus, tidak terlihat serius, mestinya tempat itu dikontrol," katanya kepada PadangKini.com, Rabu (3/2/2010).

Perdagangan telur penyu memang sudah lama berlangsung di Pantai Padang. Setia mencatat perdagangan telur penyu yang disebut di Padang sebagai ‘Talua Katuang' sudang berlangsung di sana sejak 1942, tiga tahun sebelum Indonesia merdeka. Namun itu, katanya, bukan berarti legitimasi untuk membiarkannya.

"Perdagangan telur penyu di Pantai Padang terlihat setiap tahun bukan menurun, malah semakin naik, baik jumlah pedagang yang menjual, maupun jumlah telur yang dijual," katanya.

Setia telah mengamati perdagangan telur penyu di Pantai Padang sejak 2004. Berdasarkan catatan empat tahunan, pada 2004 terdapat sekitar 19 pedagang dengan rata-rata setiap hari menjual 52 butir telur. Pada 2009 jumlah pedagang bertambah menjadi 20 dengan jumlah telur yang dijual rata-rata per hari 77,8 butir.

"Tahun 2010 ini bertambah satu pedagang lagi karena tak sanggup lagi jadi nelayan," kata Harfiandri.

Telur-telur penyu ini dipasok dari sejumlah pulau di Sumatera Barat. Sebagian besar, sekitar 45 persen dari Pesisir Selatan. Sisanya dari Padangpariaman, Kota Pariaman, Pasaman, dan Kepulauan Mentawai.

"Bahkan saat pasokan di Sumbar kurang, telur penyu didatangkan dari Pekabaru dengan membawanya dalam kardus buah-buahan, itu tandanya orang lebih leluasa menjual di Pantai Padang," katanya.

Sementara, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sumatera Barat Yosmeri mengatakan, sudah membuat program pengurangan eksploitasi telur penyu di sejumlah pulau yang biasa memasok ke Pantai Padang. Ia menargetnya pengurangan eksploitasi 30 persen.

"Pulau-pulau yang penduduknya mengambil telur penyu milik hak ulayat, sedangkan perdagangan telur penyu di Pantai Padang sudah lama, karena itu kami terus melakukan sosialisasi dulu agar mereka beralih usaha, meski ada larangan Undang-Undang kami tidak serta merta menerapkan langsung, perlu bertahap," katanya.

Sumber: padangkini.com