Minggu, 15 Maret 2009

Kontributor

Ahmad Hafizh Adyas a.k.a Hafizh memulai ketertarikanya terhadap laut sejak memutuskan untuk berkuliah di Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro pada 2002. Semenjak studi S1 ini ia sering berpergian ke daerah-daerah pesisir di Indonesia untuk melihat langsung potensi serta tantangan yang ada di sana. Hafiz meyakini bahwa Indonesia bisa menjadi bangsa besar bila mampu mengelola laut secara bijak. Lima tahun terakhir ini Hafizh bekerja di WWF Indonesia membidangi isu tangkapan sampingan (Bycatch) - salah satu isu perikanan yang belum banyak dikaji oleh peneliti kelautan dan perikanan di Indonesia. Ia berprinsip bahwa manusia adalah satu-satunya spesies di bumi yang dapat membantu spesies lain karena dianugerahi akal dan pikiran.   Berpedoman ini ia yakin manusia harus bisa memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa terlalu banyak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pria yang hobi melancong dan mengumpulkan pop-up books ini juga aktif dalam kegiatan selam di sela-sela waktu luangnya dan juga tercatat sebagai anggota luar biasa Marine Diving Club (MDC) Universitas Diponegoro. Hafizh di Google+

Dwi Ariyogagautama, akrabnya disapa Yoga, sudah lebih dari satu dekade menekuni sains bahari sejak duduk di bangku kuliah Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Yoga saat ini fokus dalam sains kelautan terapan yang sudah lama ditekuninya sejak berkecimpung di klub selam ilmiah di Marine Diving Club (MDC) dan organisasi konservasi internasional WWF untuk Indonesia. Yoga merasa beruntung mengemban pekerjaan konservasi di salah satu sudut pesisir, pulau dan laut terindah Indonesia; selama menjalankan tugas kerja Yoga dalam membangun pemahaman konservasi laut dilevel masyarakat pesisir. Melalui pengalaman yang didapat dilapangan, dan media community blogging ilmiah di Laut & Kita, Yoga berusaha untuk menunjukan bahwa konservasi laut itu mudah dipahami, dan berharap pembaca dan rakyat Indonesia semakin sadar bahwa menjaga laut merupakan tanggung jawab bersama. Yoga saat ini juga mengelola blog pribadinya di Atap LautYoga di Google+

Dwi Haryanti Pop-Science selalu menjadi wacana yang menarik untuk disimak. Apa yang coba dilakukan Laut & Kita ini menurut Dwi Haryanti -yang akrab dipanggil Dudu- mungkin terlihat seperti usaha membangun popularitas dari sains yang nota bene di Indonesia kurang popular dibandingkan berita politik atau gossip seputar artis. Harapannya kurang lebih seperti ini: "Sepuluh tahun lalu tak ada yang peduli tentang emisi karbon, sekarang semua orang, dengan usahanya masing-masing berlomba-lomba untuk meminimalisir efek negatifnya". Sebuah Call For Action. Saat ini Dudu sedang melanjutkan studi di Graduate School of Science and Engineering, University of the Ryukyus, Okinawa, mengambil jenjang master di bidang biologi laut. Lebih dari sekedar science, visualisasi komunikasi melalui gambar -yang dikenal sangat memasyarakat- di Jepang menjadi main interestnya. Dwi di Google+

Kustiaditya Wiguna saat ini bekerja di sebuah pelabuhan di Cigading, propinsi Banten. Keterlibatannya dalam realita industri transportasi laut diselingi pula dengan ketekunannya dalam kampanye kesadartahuan lingkungan laut pesisir Banten bersama rekan-rekan Cinta Alam Indonesia Diving Club. Bersama mitra lokal Banten, saat ini juga sedang menginisisasi kegiatan ekowisata independen lokal untuk mata pencaharian alternatif masyarakat dalam kemitraan dengan industri melalui Corporate Social Responsibility. Misi pribadinya saat ini adalah memberdayakan ketahanan masyarakat lokal pesisir Banten dalam merawat 'kebun' lautnya untuk penghidupan lokal dan kelestarian Laut Banten dimasa depan.

M. Danie Al Malik

Mochamad Iqbal Herwata Putra kini menjalani studi Ilmu Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang. Penulis aktif di Marine Diving Club, organisasi non-pemerintah berbasis mahasiswa bergerak di bidang penyelaman ilmiah serta kampanye kesadartahuan lingkungan dan konservasi alam. Iqbal, sapaan akrabnya, juga menulis untuk blog pribadinya di The Silent Ocean. Iqbal di Google+ 

Siham Afatta memulai minatnya dalam konservasi laut sejak menjadi mahasiswa di Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro (IK-UNDIP), Semarang di tahun 2001. Selama studi S1, Siham terlibat dalam kegiatan selam ilmiah di Marine Diving Club (MDC), sebagai batu loncatan dalam penyelaman, riset, serta kepeduliannya akan ekosistem terumbu karang hingga kini. Menutup studi S1-nya, Siham terlibat dalam riset parsial dengan Centre for Marine Studies, the University of Queensland (CMS-UQ) tentang aklimatisasi foto-fisiologi karang terhadap intensitas cahaya tinggi. Bersama Coral Reef Ecosystems Laboratory di Global Change Institute, UQ Siham melanjutkan pascasarjananya dalam riset manajemen ekologi terumbu karang sebuah Taman Laut Nasional di indonesia. Saat itulah tercetus 'Laut & Kita' - terinspirasi oleh blog milik Ove Hoegh-Guldberg, salah satu penasihat riset Masters Siham saat itu. 'Laut & Kita' adalah inisiasi pertama Siham dalam komunikasi ilmiah melalui blog disela-sela riset dan akademik-nya. Siham mencoba untuk menggunakan media blog untuk membagi informasi ilmiah yang dirasa umumnya masyarakat Indonesia sulit meng-akses, sulit memahami, dan penting untuk diketahui secara meluas. Siham di Google+