Berikut beberapa tips untuk menulis dengan baik, disadur dari tulisan Tim Radford, seorang jurnalis freelance untuk the Guardian, selama 13 tahun pengalamannya sebagai editor ilmiah disana.
1. Ketika Anda duduk dan siap menulis, ada seseorang yang sangat penting dalam hidup anda, namun Anda tidak akan pernah menjumpainya, disebut sebagai 'Pembaca'.
2. Anda menulis bukan untuk membuat kagum ilmuwan yang baru saja Anda temui, atau dosen yang membimbing sarjana Anda, atau rekan kerja yang selalu merendahkan Anda, atau juga meyakinkan seseorang di sebuah pertemuan bahwa Anda seorang penulis. Atau bahkan orang tua Anda. Anda menulis untuk menjamin mata Pembaca tidak terlepas dari posting tulisan Anda, yang dalam sepersekian detik bisa lepas, teralihkan pada salah satu dari milyaran informasi lainnya di internet.
3. Jadi, kalimat pertama, kedua, ketiga dan seterusnya adalah kalimat terpenting dalam hidup Anda. Ini dikarenakan, meskipun Anda - seorang karyawan, mahasiswa, praktisi ilmiah - merasa berkewajiban untuk menulis, tidak ada seorangpun yang merasa berkewajiban untuk membaca. Cerita adalah sesuatu yang Kita katakan, walaupun dalam sebaris kalimat saja, namun bisa membuat Pembaca meminta lagi dan lagi dan lagi.
4. Senang atau tidak, jurnalisme itu penting. Namun jangan sampai dipenuhi dengan kepentingan-diri Anda saja. Tidak ada yang membuat Pembaca lari dari Blog anda, menuju banner blog lain, atau beralih ke Google kecuali ketidak acuah Anda dengan mereka. Maka kata-kata sederhana, ide yang jelas, dan kalimat pendek itu penting dalam bercerita.
5. Satu lagi yang mungkin penting untuk diukir ditepi monitor anda. "Tak seorang-pun aka mengeluh karena Anda membuat sesuatu terlau mudah untuk dimengerti". Kata "Siapa, Apa, Dimana, Bagaimana dan Kapan?" adalah peralatan yang dibutuhkan dalam riset kita.
6. Oh ya, satu lagi yang perlu diingat ketika Anda duduk, siap dengan keyboard: ada suara halus berkata "Tak seorang-pun juga diharuskan membaca tulisan ini".
7. Jika bimbang, anggap Pembaca tidak tahu apa-apa. Namun, jangan sampai menganggap Pembaca itu bodoh. Kesalahan klasik Jurnalisme ialah terlalu berharap akan apa yang sudah diketahui Pembaca dan merendahkan intelegensi Pembaca.
8. Hidup ini rumit, namun Anda jangan menyampaikan tulisan dengan rumit. Banyak wacana dan isu - kedokteran, akuntansi, biologi, lingkungan, keuangan, politik - yang memang rumit sehingga membawa Pembaca menuju ke tempat seperti Detik.com, Yahoo!, Google, dll., mencari seusatu yang simpel, sederhana untuk dicerna
9. Ketika sebuah isu/topik terlalu rumit bagaikan kusutnya sepiring mie goreng, walaupun yang Anda bahas hanya sehelai mie, selalu perlahan angkat pembahasan dari gambaran besar sepiring mie goreng itu. Pembaca juga akan senang mendapat bagian yang singkat, sederhana, bukan keseluruhan yang rumit. Ini dikarenakan a) Pembaca tahu bahwa hidup itu rumit, namun bersyukur jika setidaknya salah satu kisah bisa diceritakan dengan jelas, dan c) tak seorang-pun akan membaca cerita yang berkata: "Isu dibawah akan kami paparkan secara kompleks...".
10. Jadi peraturannya begini. Sebuah cerita/tulisan/artikel akhirnya hanya akan berkata satu hal yang besar. Jika (contohnya) Anda ingin mengambil empat cerita yang berbeda untuk satu pernyataan besar tulisan. Anda boleh mengambil bagian-bagian kecil dari tiap cerita itu, namun tidak boleh lepas darisatu pernyataan naratif yang Anda telah tetapkan sebelumnya.
11. Dari beberapa pengamatan. Jangan pernah memulai menulis jika Anda belum bisa menentukan pernyataan besar apa yang akan jadi nantinya, dan mengatakannya pada diri Anda hanya dalam satu kalimat. Lalu tanyakan pada diri Anda bagaimana caranya nenek Anda mau menyimak kalimat tersebut selama lebih dari satu milisekon sebelum dia kembali dengan hobi menyulamnya. Sama halnya jika Anda ingin memposting artikel dalam blog, perhatianyang sama mungkin akan Anda dapat dari salah satu jutaan pengguna internet - maka perhatikan baik-baik dalam menyusun kalimat pertama itu. Sering kali - namun tidak selalu - itu menjadi kalimat pertama dalam artikel Anda.
12. Kalimat pertama - intro, pengantar - yang ideal akan selalu ada bagi Anda. Akan sangat membantu jika Anda memikirkan ini sebelum memulai menulis, karena nantinya kalimat berikutnya yang mengiringi akan bermunculan dengan cepat. Ini bukan berarti Anda terlalu 'berkata-kata', 'bertele-tele', 'tidak fokus', atau 'berlagak pintar'. Namun tidak juga 'berbakat'. Itu hanya menunjukkan Anda mendapat kalimat pertama yang tepat.
13. Kata-kata seperti 'berkata-kata', 'bertele-tele', 'tidak fokus', atau 'berlagak pintar' bukanlah hinaan bagi jurnalis. Yang melandasi orang membayar untuk sebuah koran, majalah, atau browsing blog di internet ialah karena kita ingin informasi yang meluncur ke benak kita dengan mudah dan nyaman, tanpa footnote, daftar referensi yang hambar, bahkan footnote dalam footnote. Namun tetap tergantung target Pembaca Anda, khususnya dalam bahasan ilmiah.
14. Kata-kata seperti 'sensasional' ataupun 'biasa saja' keduanya bukan hinaan ataupun pujian bagi penulis. Kita membaca bacaan - cerita wayang, novel Lupus, komik Doraemon, sejarah politik Indonesia, buku teks Biologi - sesuai dengan selera humor, romans, ironi atau kesenangan kita. Jurnalisme yang baik juga akan memberi Kita sensasi baik humor, kesenangan, iba atau semangat.
15. Kata memiliki makna. Cari mereka dalam kamus, lihat dimana mereka biasa muncul. Lalu gunakan mereka dengan sesuai. Jangan paparkan kepenulisan Anda dengan memaparkan ketidakpedulian kita. Jangan gali tanah tandus keras tanpa mengetahui bagaimana menggali tanah tandus keras.
16. Kata Klise - hindarilah kata, frase, atau opini yang berulang penggunaanya dan mengurangi orisinalitas tulisan. Kecuali dalam penempatan kata klise yang sesuai. Anda akan heran bagaimana sebuah klise bisa bermanfaat, dalam penekanan yang tepat. Dalam konteks jurnalistik, terkadang Anda tidak harus selamanya pintar namun harus selamanya lugas (sangat klise).
17. Metafora itu baik. Namun, jangan, jangan masukkan metafora yang konyol. Para pengumpul aspirasi rakyat di tingkat Propinsi Banten sempat mengangkat sayembara untuk mencari siapakah dikalangan penyumbang suara yang berwajah mirip dengan tokoh wanita pemegang tongkat kegubernuran saat ini. Mengerti?
18. Hati-hati dengan kredibilitas kaki lima. Ketika penjual bakso melihat tukang copet ditengah pasar hanya kata-kata sederhana terucap olehnya antara lain: copet, topi merah, rambut gondrong. Namun didukung suara lantang, mata melotot, tangan menunjuk seseorang memakai topi merah dan rambut panjang. Hati-hati, bahasa tulisan tidak memilik aksen, tidak ada alunan nada menegaskan ironi, komedi, marah, atau takut. Tulisan harus tegas, jelas dan lugas. Untuk tegas dan jelas ikutilah tatanan bahasa Anda.
19. Hindari kata yang panjang dan tidak masuk akal. Hati-hati menggunakan jargon. Untuk yang ini sudah pasti penting penting jika Anda penulis ilmiah. Jika anda penulis ilmiah, mau tidak mau Anda akan memaparkan kata-kata yang mana tak seorang-pun di dunia pernah dengar seperti: fekunditas, resilien, pertumbuhan lateral, zooxanthellae, iterasi, diferensial, distribusi gausian. Dengan ini berarti Anda tidak perlu selalu bergelora dan bersahaja. Merasa senang dan sederhana sudah cukup
20. Ingat selalu kapan kita tidak perlu merangkai kalimat puitis dan menirukan tatanan bahasa alkitab.
21. Ingat, orang akan lebih merespon sesuatu yang dekat dengan mereka. Masyarakat Indonesia akan lebih merespon dampak krisis ekonomi terhadap gejolak politik lokal, ketimbang pemilihan perdana menteri Australia.
22. Baca. Bacalah berbagai ragam bacaan. Baca kisah Siti Nurbaya, baca puisi dari W.S. Rendra, baca artikel jurnal Science, baca novel J.K. Rowling, baca novel Lupus, dsb. Lihat berbagai macam hal menakjubkan yang bisa kita buat dengan kata-kata. Lihat bagaimana mengagumkan mereka menata kata dalam separuh halaman.
23. Hati-hati dengan definitif. Kalimat "Beliau sebagai kandidat politik merupakan sosok yang kuat, tua, berpengalaman, dan cekatan dalam masalah pengelolaan partai maka..." bisa Anda persingkat dengan "Beliau memulai karir politiknya sejak 1947 sesuai catatan kepengurusn partai maka... ". Gunakan referensi, terkhususkan bagi yang menulis artikel dalam konteks ilmiah.
24. Ada beberapa hal jika diutarakan terasa enak namun situasi tidak memperkenankannya untuk ditulis. Dalam Yahoo! News 'Indonesia rentan akan pemanasan global', namun dalam sebuah jurnal ilmiah 'Ancaman baru bagi lingkungan laut Indonesia: peningkatan rata-rata temperatur permukaan bumi'. Selalu coba dan usahakan mengatur kata agar sesuai dengan konteks permasalahan, namun tetap melihat Pembaca dan media dimana kita melepas tulisan Kita.
25. Penulis memiliki tanggung jawab, tidak hanya dalam hukum saja. Selalu berorientasi pada kebenaran. Jika dirasa sulit, berorientasilah pada kesetaraan, dan kesadartahuan akan selalu adanya sisi lain dari sebuah cerita. Hati-hati dengan pernyataan yang obyektif. Inilah yang disebut dengan 'dodgy'. Anda mungkin bisa mengatakan bahwa terumbu karang bisa beradaptasi dengan peningkatan suhu pemanasan global, namun jangan katakan mereka bisa bertahan dari pemanasan global. Kenyataanya akselerasi suhu rata-rata global lebih cepat dari kapasitas mereka beradaptasi. 'beradaptasi' dan 'bertahan' keterkaitan mereka memang bisa dikendalikan obyektifitas kita.
Referensi: The Hands-On Guide for Science Communicators: A Step-by-Step Approach to Public Outreach oleh Lars Linberg Christensen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar