Jumat, 14 Desember 2012

Kurangi limbah kimia berarti bantu terumbu karang hindari pemutihan

Berpikirlah 10 kali saat banyak-banyak menggunakan produk kimia. Baik di kota, ataupun di pesisir dan pulau, lepasan zat anorganik nitrogen dari produk kimia untuk perawatan dan sanitasi tubuh kita, jika terlepas ke perairan, maka kelangsungan hidup terumbu karang lebih rentan alami pemutihan.



Penelitian dari the University of Southampton (US) dan the National Oceanography Centre di Southhampton ungkap bahwa koral (karang) akan lebih rentan terhadap pemutihan (bleaching) jika terjadi ketidak seimbangan nutrian (zat hara) di perairan terumbu hidup.

Koral tersusun atas banyak polip yang terhubung satu dengan lain membangun jaringan hidup yang melapisi kerangka berkapur. Pertumbuhan jaringan tubuh koral bergantung pada alga ber-sel-satu disebut zooxanthellae, yang juga bersimbiosis dengan hidup di dalam jaringan polip karang.

Koral bersama zooxanthellae yang bernaung di dalamnya bergantung satu dengan lain. Sementara koral memberi alga zat hara dan tempat tinggal; alga, sebagai gantinya, menyediakan produk zat hara dari fotosintesis, yang menjadi sumber energi untuk pertumbuhan jaringan koral.

Suhu air yang tinggi - khususnya akibat pemanasan global yang sebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan air laut di berbagai belahan dunia - dapat menghalangi reaksi fotosintesis yang dilakukan alga. Alhasil, terjadi penumpukan komponen oksigen yang beralih fungsi menjadi racun. Keadaan ini mengancam kesehatan jaringan tubuh koral dan memicu pelepasan zooxanthellae dari koral.

Tanpa alga tersebut, koral tampak putih - keadaan yang disebut sebagai 'bleaching'. Bleaching bisa sebabkan kematian koral, dan pemutihan koral yang terjadi masal mampu berikan dampak buruk pada fauna dan flora bergantung pada habitat terumbu yang dibentuk dari sehatnya pertumbuhan koral.

Sumber: Great Barrier Reef Marine Park Authority
Hasil kajian dari US tersebut diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature Climate Change. Peneliti temukan bahwa pengayaan nutrien (zat hara) di perairan mampu tingkatkan kemungkinan koral alami bleaching yang disebabkan suhu perairan yang tinggi.

Di dalam koral, pertumbuhan zooxanthellae dibatasi oleh jumlah asupan zat hara. Asupan zat hara tersebut dimanfaatkan untuk metabolisme alga yang juga berperan mengirimkan sejumlah ikatan karbon hasil fotosintesis-nya untuk koral inang mereka.

Namun, keseimbangan pertumbuhan alga (zooxanthellae) terganggu saat ketersediaan zat hara tertentu berkurang jauh dibawah kebutuhan fotosintesis jaringan sel alga. Keadaan ini disebut kelaparan zat hara atau nutrient starvation.

Peneliti dari US temukan bahwa saat suplai dari kandungan nitrogen terlarut lebih tinggi dibanding kandungan fosfat yang saat itu sedang rendah dan terbatas, maka alga dalam status kelaparan fosfat. Keadaan ini selanjutnya akan memicu penurunan efisiensi proses fotosintesis alga, dan meningkatkan kerentanan koral mengalami pemutihan yang dipicu peningkatan suhu dan intensitas cahaya.

Penelitian yang dipimpin Dr Jörg Wiedenmann ini menduga kuat bahwa dampak terburuk pada kesehatan koral bukan datang dari penambahan berlebih dari satu kelompok zat hara saja, misalnya nitrogen, namun juga berkombinasi dengan penghabisan zat hara lain, seperti fosfat, yang diakibatkan kebutuhan tinggi dari populasi zooxanthellae yang juga bertambah.

Temuan ini memberi penegasan bagi kita pentingnya pengelolaan pesisir kita untuk meredam dampak perubahan iklim. Dengan menjaga keseimbangan zat hara perairan di pesisir, maka kita andil dalam mitigasi dampak perubahan suhu laut terhadap terumbu karang.

Meminimalisir, atau bahkan menghentikan buangan limbah kita, mulai tinja, hingga limbah kimia rumah tangga dan industri - kesemuanya yang mampu mengganggu kesetimbangan zat hara di perairan, termasuk nitrogen dan fosfat - otomatis akan bantu terumbu karang bertahan menghadapi dampak perubahan iklim.

Toh jika kita efektif mengelola limbah, itupun efektif dalam jangka waktu pendek. Keutuhan tekad umat manusia dan bangsa-bangsa - cari tahu: KTT Perubahan Iklim Ke-18 di Doha, Qatar - dalam mengurangi drastis emisi gas rumah kaca juga tidak kalah penting dan kritis peranannya untuk meredam laju pemanasan global, menjamin terumbu karang tetap ada di masa depan.

Referensi:

Jörg Wiedenmann, Cecilia D’Angelo, Edward G. Smith, Alan N. Hunt, François-Eric Legiret, Anthony D. Postle, Eric P. Achterberg. Nutrient enrichment can increase the susceptibility of reef corals to bleaching. Nature Climate Change, 2012; DOI: 10.1038/nclimate1661





Tidak ada komentar: