Rabu, 15 April 2015

Kompleksitas dan Pemikiran Sistem

Siham Afatta

Saat ini saya sedang belajar memahami kompleksitas.

Ada rasa senang, ketika bisa mempelajari bagaimana sesuatu bisa bekerja dan memahami bagaimana beragam komponen bisa terpadu dan saling berinteraksi. Ketika bisa melihat berbagai hal dalam gambaran besar, dan abstrak, yang juga membantu melihat faktor-faktor yang saling berhubungan diantara hal-hal tersebut.

Kompleksitas adalah kajian tentang keterhubungan antara segala sesuatu. Kita semestinya tertarik dengan kompleksitas, bukanya menjauh. Sebab kompleksitas penting dipahami semua orang, terutama jika kita bekerja dengan permasalahan atau sistem yang kompleks.

Saat kita mendengar istilah "kompleks", kita ingin menghindar sebab kita kerap salah artikan dengan makna "rumit" (atau 'complicated' dalam Bahasa Inggris) yang merujuk makna sulit untuk dipahami atau dimengerti. Namun bukan itu makna yang dimaksud disini.

Sesuatu yang rumit dapat diperkirakan atau diprediksi, ketika kita sudah memahaminya. Sedangkan sesuatu yang kompleks, cenderung sulit diprediksi. Kita mungkin bisa menjabarkan sesuatu yang rumit hingga ke komponen-komponen terkecilnya. Namun kita tidak bisa mengurangi kompleksitas-nya. Sebab dalam kompleksitas kita berbicara hubungan antara bagian-bagian dari sesuatu yang kompleks.

Bingung? Semoga analogi dibawah bisa membantu kita:

Sesuatu yang sangat tidak rumit bisa dicontohkan oleh kunci mobil. Mudah dipahami seab komponen-nya hanya satu, kunci.

Mobil, bisa jadi contoh sesuatu yang rumit. Banyak sekali bagian yang saling terhubung dengan cara yang khusus, dan saling melengkapi, sehingga menjadi mobil. Jika kita ambil salah satu bagian dari mobil, misal komponen mesin, maka mobil akan berhenti atau tidak bisa bekerja. Memang sulit untuk memahami mobil dan bagaimana mobil bekerja, namun ketika kita sudah memahaminya, mudah sekali memprediksi bagaimana mobil akan berfungsi atau berkerja nantinya.

Nah, sesuatu yang kompleks bisa digambarkan sebagai lalu lintas. Kita TIDAK bisa memahami atau memprediksi keadaan lalu lintas hanya dengan memahami bagaimana mobil bekerja. Sebab lalu lintas sebuah sistem yang terbentuk dari interaksi dari banyak mobil (juga dengan benda-benda 'non-mobil' lainnya).

Hubungan diantara para supir mobil akan mempengaruhi lalu lintas. Hubungan ini juga dipengaruhi oleh keadaan tiap individu supir, misalnya dari perilaku dan pengalaman hidup dari tiap supir itu sendiri Demikian juga dari interaksi antara supir saat itu juga mempengaruhi pengalaman dan perilaku setiap individu supir (dan seterusnya… dan seterusnya).

Hubungan yang dinamis ini-lah yang membuat lalu lintas sebagai sistem kompleks.

Cara lain untuk membedakan konsep-konsep di atas (tidak rumit, rumit, dan kompleks) bisa dilihat dari hubungan sebab-akibat (cause-and-effect relationship).

Pada sesuatu yang rumit, hubungan yang terjadi bersifat linier. Masukan (input) secara langsung selaras dengan keluaran (output). Misal: Semakin besar gaya tumbukan antara dua mobil, semakin besar kerusakan fisik yang dialami mobil.

Namun, dalam kompleksitas, hubungan yang terjadi kerap non-linier. Misal: Data menunjukkan insiden mobil bersinggungan satu dengan lain,  terjadi baik saat mobil-mobil kecepatan tinggi, namun juga saat kecepatan rendah. Masukan (input), dalam hal ini 'kecepatan mobil', tidak langsung berhubungan dengan keluaran (output).

Dalam hal ini, banyak ketidak-pastian dalam sistem, sehingga sulit sekali memprediksi keadaan di masa depan dengan presisi. Dalam konteks mobil, kecelakaan mobil dipengaruhi gabungan beberapa hal: keadaan jalan, kondisi pengemudi, keadaan mobil, keadaan alam, dsb…. kompleks!.

Topik ini ternyata juga dijabarkan di Wikipedia dengan cukup baik di laman Compex Adaptive System, atau Sistem yang Kompleks dan Adaptif (SKA). SKA memiliki beberapa ciri utama, antara lain:
  • Jumlah bagian/komponen (termasuk jenis-jenis bagian-nya) yang ada di dalam sistem, serta jumlah hubungan antara bagian-bagian di dalam sistem, memiliki sifat non-trivial, alias tidak sederhana, tidak mudah dan tidak cepat terjadi.
  • Sistem tersebut memiliki semacam memori atau daya ingat, dimana hal di masa lalu yang berpengaruh di masa kini. DIantaranya adalah fenomena umpan balik, atau feedback.
  • Sistem tersebut mampu beradaptasi dengan sendirinya sesuai dengan sejarah-nya, atau feedback.
  • Hubungan antara sistem dan dengan lingkunganya sifatnya juga non-trivial, atau non-linier.
  • Sistem tersebut dapat dipengaruhi oleh, atau dapat beradaptasi dengan sendirinya terhadap lingkungannya; dan
  • Sistem tersebut sangat sensitif dengan keadaan awal-nya.

Sayangnya, kita umumnya memiliki kesulitan untuk memahami hubungan sebab-akibat khususnya ketika sifatnya non-linear. Kita umumnya mampu melihat pola-pola. Namun cenderung hanya pola dari bagian-bagian yang memiliki hubungan langsung dan saling berdekata dan saat itu, bukan pola-pola yang dari bagian-bagian yang terpisah jauh secara ruang bahkan waktu.

Jika kita ingin memecahkan masalah yang pada dasarnya bersifat kompleks, maka akan lebih mudah dilakukan jika kita memulainya denggan memahami bagaimana terbentuknya kompleksitas sistem.

Kita TIDAK bisa menggunakan pendekatan reduksionisme (reductionism) untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

Nah, segala sesuatu yang kompleks bukan berarti tidak mungkin diatasi. Jika sebuah permasalah itu kompleks, dan kompleksitas-nya dipertimbangkan, maka pendekatan yang kita ambil dalam mencari jalan keluar tidak perlu lagi dianggap "sulit sekali".

Situasi ini bisa di-analogi-kan dengan fenomena selancar, atau surfing. Berselancar itu kompleks.

Untuk bisa berdiri diatas papan selancar mengikuti ombak, kita haru tahu kapan dan kekuatan ombak yang datang, seberapa kuat dan kapan harus mengayuh dengan tangan, dan saat disaat sudut antara ombak dan papan selancar mana kita harus naik dan berdiri di atas papan selancar, selain itu menjaga keseimbangan mengikuti perubahan kekuatan ombak dan arah aning, dsb. Terlihat sulit sekali bukan ?!

Namun ternyata banyak juga orang yang bisa berselancar. Sebab 'resep dasar' untuk berselancar sudah terbentuk di masyarakat. Mulai dari memilih papan selancar yang sesuai dengan badan kita; panduan untuk memperkirakan cuaca, ombak, dan arus yang sesuai untuk diselancari; serta tahapan-tahapan latihan dalam selancar mulai tengkurap, duduk, hingga berdiri di papan; hingga keamanan dan keselamatan selancar, dst.

Tetapi tidak semua permasalahan kompleks bisa diatasi dengan mudah, sebagaimana kita mau berselancar. Memiliki 'resep dasar' untuk sebuah sistem kompleks tertentu belum berarti akan membawa hasil yang sama. Bahkan malahan akan membawa hasil yang berbeda ketika faktor-faktor yang membentuk kompleksitas tersebut telah berubah.

Di bawah ini adalah beberapa contoh sistem yang sudah haikikinya memiliki kompleksitas, dan dalam mendekati permasalahan-nya kita perlu pemikiran sistem (systems thinking).
  • Internet, juga termasuk sistem kompleks.
  • Masyarakat juga termasuk sistem kompleks. Masyarakat, atau society, mengandung bermacam-macam sistem kompleks (sub-sistem) didalamnya, diantaranya sistem manusia, sistem ekologi dimana dia tinggal, sistem budaya. Dalam masyarakat terdapat orang-orang yang berbeda yang memiliki sudut pandang, nilai, kepercayaan, dan kemauang yang berbeda-beda.
  • Manusia sendiri juga sebuah sistem kompleks yang tersusun dari sistem kompleks lain. Sistem otak, sistem kekebalan, bahkan setiap sel tubuh - semuanya kompleks.
  • Alam, atau ekosistem, juga termasuk sistem kokmpleks dan adaptif. Juga terdiri dari berbagai sistem kompleks lain, yang juga terbentuk dari sistem kompleks lain.
Bisnis, mata pencaharian, juga contoh sistem kompleks. Bisnis terbentuk dari interaksi antara lingkungan internal (budaya dalam lingkungan kerja) dengan lingkungan external (berbagai situasi ekonomi dan aktifitas bisnis lainnya). Termasuk juga dari interaksi antara berbagai bagian dari beragam keadaan lingkungan internal bisnis itu sendiri (antara tiap individu pekerja, dengan berbagai pengalaman hidup mereka, dengan beragam struktur dan peraturan) - yang juga menentukan perubahan keadaan bisnis tersebut. Hal serupa juga berlaku dalam sistim pemerintahan. Sebab keadaan tersebut, banyak bisnis dan pemerintahan alami kesulitan berorganisasi bahkan diantara mereka sendiri, dan di dalam lingkungan mereka - sebab mereka tidak mempertimbangkan kompleksitas dalam sistem mereka.

Demikian saat kita bicara kesehatan manusia, tidak dipungkiri kita akan bahas banyak faktor yang dipertimbangkan. Termasuk interaksi antara satu faktor dengan faktor-faktor lain. Dari sini jelas sekali, kita tidak bisa mempengaruhi atau memprediksi kesehatan atau perilaku seseorang secara keseluruhan dengan melihat sebatas satu bagian sederhana dari sistem kompleks tersebut.

Sebagai contohnya lagi, saat sekelompok nelayan menolak atau sulit untuk andil dalam aktifitas pelestarian pesisir dan laut, apakah sebab mereka belum sadar pentingnya konservasi? ataukah dengan penetapan kawasan konservasi laut justru menambah beban pencaharian mereka? ataukah sebab aktifitas konservasi tidak tawarkan solusi ekonomi sehingga kurang termotivasi untuk mengadopsi cara tangkap ramah lingkungan? ataukah sebab tidak adanya ragam pencaharian lain yang memungkinkan mereka untuk mengurangi, menunda, atau berhenti menangkap agar populasi ikan pulih? ataukah sebab adanya praktik korupsi, ilegal, serta  kolusi dengan pihak pengelola perikanan sehingga penangkapan ikan terus tak terkendali? Kompleksitas semacam ini juga perlu ditinjau dengan Pemikiran Sistem.

Pemikiran sistem. Andaikan pemikiran ini sudah saya dapatkan sejak masa sekolah - seperti ini. Tidak ada kata telat untuk memulai berpikir sistem.

Tidak ada komentar: