Minggu, 09 Mei 2010

Alasan kuat untuk tidak memiliki aquarium biota laut.

Tulisan kali ini bukan mengenai tips dan trik mengelola aquarium, melainkan pertimbangan kenapa kita seharusnya TIDAK memiliki aquarium biota laut. 

Sederhana sekali alasannya, sebab menyiapkan dan memelihara aquarium biota laut sebuah pekerjaan sulit. 

1. Investasi Dana 

Mempersiapkan tanki akuarium air asin bisa sangat mahal. Terkadang toko-toko menjual 'paket siap-jadi' yang membolehkan kita langsung memulai praktik marine aquarium. Namun, untuk air laut-nya saja, minimal kita harus menyediakan 100+ liter air laut untuk memulai. 

Namun sebesar apapun volume air aquarium kit, mereka yang biasa hidup dilaut dalam jutaan litre air otomatis akan selalu 'terkekang'. Tanpa air laut kualitas tinggi, bagaikan manusia hidup dalam udara tercemar - kita melakukan praktik animal abuse. 

Daftar belanja-pun berlanjut ke wadah/meja aquarium, garam, nutrisi air laut, pengatur suhu, wadah untuk transit ikan sakit atau adaptasi perpindahan, powersupply 24 jam (kita nggak mau ikan-ikan tiba-tiba masuk jaman es karena mati lampu), perangkat tes kimia untuk kualitas air, batu hidup - ya 'hidup', batu yang memiliki organisme pengurai dieprmukaannya, substrat - tempat melekat beragam biota dasar, beragam lampu dengan jenis pencahayaan untuk mensimulasi matahari, dan tentunya ikan (yang mungkin siap dikorbankan dalam ekperimen awal hobi kita). 

Dan akhirnya untuk membuat lingkungan laut artifisial di kediaman Kita, biaya yang dikeluarkan tidak jarang mencapat +10 juta rupiah. Itu jika komitmen kita cukup kuat untuk menjaga biota akuarium kita hidup lama. Itu-pun jika berhasil. 

Nah, jika memang Kita sedang kebanjiran uang, mampu membuat akuarium paling canggih dan mampu 'menjaga' pengadaah hewan laut (mati - terus beli lagi- terus mati lagi..) coba incestasi lain seperti untuk SCUBA diving. 

2. Investasi Waktu 

Selain dana, waktu akan banyak dibutuhkan untuk menyiampan dan MENGELOLA tanki biota laut Kita. Saat memulai Kita cenderung ingin akuarium kita 'meriah dan subur' dengan seketika. Ternyata itu tidak bisa, sebelum biota-biota tersebut masuk, pengkondisian siklus tangki akuarium perlu dilakukan - cukup singkat, sekitar 1 atau 2 bulan saja (tanpa ikan/biota). Selama itu, setiap hari air laut harus kita test stabilitasnya dan regulasi nutrisi/kimia dan temperaturnya - dengan HARAPAN menyerupai lingkungan asli biota yang akan kita masukkan. 

Harapan hidup biota laut di lautan sudah kecil, kemudian kita memperkecil harapan mereka dalam akuarium. 

Tengok akuarium yang di pajang di mol-mol dan lihat warna koral / karang didalamnya. Ada tiga kemungkinan 1) warna putih - karang mati dipajang, 2) warna pastel / muda/ scotch-light - karang tersebut s-e-k-a-r-a-t 3) warna gelap dan jelas namun tidak ada tentakel atau lapisan polipnya - itulah karang mati di-cat UV glow. 

Ok, anggap tangki sudah dikondisikan dan siap dihuni, disinilah kepedihan hidup Kita akan dimulai - bersiaplah untuk mengelola secara rutin. Daftar kedua dimulai: mengganti air tiap bulan, membersikan kaca, memunguti kotoran organik dari substrat atau batuan, membersihkan residu garam nutrisi air laut dari air dan dasar dan sekitar biota dasar, membersihkan filter (filter tidak hanya satu), dan lainnya hingga kita-pun seakan tidak punya kehidupan. Dan rutinitas 'bulanan' itu-pun yang paling 'malas' dan masih 'beresiko kegagalan siklus hidup' - bersiaplah untuk lebih sering lagi. 

Nah, jika kita memang sedang kebanjiran uang dan mampu menyewa 'manager aquarium', maka, sayangnya, akuarium tersebut bukan orisinal hasil tangan Kita - kepuasan autentik hobi Kita hilang. MAKA lebih baiknya Kita SCUBA diving, alihkan investasi untuk 'manager aquarium' tadi untuk peralatan foto/videografi bawah air atau training hingga instruktur. Sehat dan berprestasi bagi diri sendiri. 

3. Investasi hati nurani 

Setelah urusan uang dan waktu, sekarang waktunya kita bicara hati nurani alias - nilai moral untuk TIDAK mengikuti hobi akuarium biota laut. 

Sebelum Kita memasukkan biota / ikan laut ke dalam aquarium, tanyakan: 
  • Apakah biota ini di ambil dari laut dengan cara yang ramah lingkungan? Bagaimana saya bisa memastikannya?
  • Apakah ikan ini benar-benar hasil penangkaran / pembiakan, bukan tangkapan liar dari laut langsung? Apa dampaknya bagi lingkungan asal ikan / biota ini dengan kepindahannya? 
  • Apakah ikan laut ini diambil bukan dengan penggunaan racun yang membuat mereka pingsan sehingga mudah ditangkap? 
  • Ikan / biota yang sampai di tangan saya saat ini - berapakah yang sudah mati dalam transportasi dan penanganan distributor? Mungkinkan satu atau dua ekor yang saya pegang ini bagian dari puluhan yang mati diperjalanan dalam kantung-kantung plastik? 
  • Karang, anemon, sponge, karang lunak, millepora, karang jamur, bintang laut, teripang, yang menghiasi dasar akuarium Kita, apakah mereka benar-benar hasil pembiakan, bukan tangkapan liar? 
  • Sudah siapkah saya membuat lingkungan artifisial bagi biota-biota ini? Apakah akan lebih baik bagi mereka, atau lebih buruk dari lingkungan laut asal mereka yang saat ini - terus terdegradasi oleh ulah manusia. 
  • Apakah saya akan berinvestasi dalam hobi yang memiliki kecenderungan tinggi dalam memperburuk keadaan lingkungan dan nasib makhluk hidup? 
Saat ini ada lembaga international bernama Marine Aquarium Council yang mencoba membangun industri perdagangan aquaria melalui sistem sertifikasinya. Sebagaimana sertifikasi makanan halal oleh MUI, MAC mencoba menjamin produk perdagangan aquaria benar-benar ramah lingkungan dan melibatkan skema rantai industri yang membantu pengentasan kemiskinan dan penyediaan lahan kerja berkelanjutan bagi masyarakat pesisir dalam keadaan ekonomi yang sulit.


Tidak ada komentar: