Rabu, 12 Oktober 2011

Solusi 4 - Terapkan resiko kredit usaha yang baik: Waktunya kembangangkan skema kredit usaha mikro bagi kaum perempuan di pesisir dan laut - bagian dari atasi penangkapan berlebih (overfishing)


Bagian dari seri '10 solusi untuk perikanan lestari.'

'Nelayan-wati' di desa Lermatang, Panimbar, Indonesia. Penguatan dan pemberdayaan ekonomi kaum perempuan memegang potensi kuat dalam meredam praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dan berlebih; sekaligus mendukung perencanaan keluarga pesisir dan pulau yang lebih baik serta mendukung kesejahteraan keluarga nelayan ekonomi lemah.
Foto: oxfamindonesia.wordpress.com

Fenomena penangkapan ikan berlebih, atau overfishing, sudah terjadi hampir di semua ekosistem terumbu karang dunia - termasuk Indonesia.

Ada sebuah keseragaman kondisi: pusat kekayaan tertinggi terumbu karang dunia umumnya berada di negara tropis, dimana jumlah penduduk pesisir terus bertambah cepat dan, sayangnya, pekerjaan melaut menjadi pilihan pencaharian terakhir bagi mereka dalam ekonomi lemah.

Tidak sedikit lembaga konservasi mencoba meredam permasalahan ini dengan menawarkan nelayan mata pencaharian pengganti. Namun kebanyakan gagal, sebab pekerjaan nelayan secara sosial ada nilai budaya dan memiliki karakteristik praktik ekonomi yang sulit digantikan.

Jika kita tengok pelaku nelayan yang melaut, maka terlihat mayoritas adalah laki-laki. Dalam kelompok terkecil masyarakat, yaitu keluarga, tidak banyak potensi kaum perempuan telah diberdayakan sepenuhnya dalam membantu menopang kesejahteraan keluarga. Keadaan semacam ini umum dijumpai di masyarakat pulau-pulau di Indonesia. Budaya dan adat terkadang melatarbelakangi.

Sejak tahun 1970-an, Grameen Bank* dan banyak institusi keuangan mikro lainnya telah membantu jutaan orang di negara berkembang untuk memulai kegiatan usaha mandiri (self-employment) tanpa syarat jaminan atau sejarah kredit yang pasti.

Kebanyakan dari inisiatif Grameen Bank terfokus pada perempuan, sebab dianggap memiliki resiko pinjaman yang rendah/baik dan cenderung bertanggungjawab menggunakan investasi usaha mereka semata untuk tujuan kesejahteraan keluarga mereka. Ini penting diterapkan bagi skema keuangan mikro untuk masyarakat nelayan miskin, termasuk di Indonesia.

Sebagai gambaran, seorang perempuan bisa mengajukan pinjaman kecil - misal sekecil Rp. 180.000 - sebagai modal untuk usaha wiraswasta yang memiliki potensi kuat untuk mengurangi kegiatan tangkap ikan keluarganya. Di lalu bisa memulai budidaya kerang atau rumput laut, sebagai contohnya, atau membeli hewan ternak seperti sapi, kambing, atau ayam untuk disembelih dan dijual kembali.

Agar pengajuan pinjaman modal lebih kuat untuk disetujui, penting juga jika rencana usaha yang diajukan perempuan tersebut mengurangi ketergantungan keluarganya yang tinggi pada ikan sebagai bahan makanan. Penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan akan terus berlanjut kecuali masyarakat pesisir ekonomi lemah bisa mencari sumber protein hewani alternatif - saat in imasih banyak yang masih bergantung utama pada hasil laut.

Kaum perempuan pesisir dan pulau - mereka yang berpotensi kuat menciptakan  tujuan ganda  dalam meninngkatkan kesejahteraan keluarga pesisir dan pulau ekonomi lemah sekaligus tidak langsung menekan laju penangkapan ikan berlebih dan tidak ramah lingkungan untuk beri peluang ekosistem terumbu karang dan laut pulih.
Foto: oxfamindonesia.wordpress.com
Selain membawa masyarakat mengurangi ketergantungan tingginya sebagai nelayan, inisiatif keuangan mikro untuk kaum perempuan semacam ini juga mendukung usaha konservasi - diantaranya melalui tiga proses kunci:

Pertama, skema keuangan mikro tersebut memberi kesempatan perempuan dengan semangat wirausaha tinggi untuk mengembangkan proyek usaha yang mengutamakan pemikiran, keahlian, situasi serta batasan di tingkat lokal.

Situasi ini akan menciptakan aktifitas ekonomi lokal dengan peluang sukses lebih tinggi dibanding kebanyakan mata pencaharian alternatif saat ini. Banyak pencharian alternatif saat ini umumnya dibentuk oleh pihak / institusi diluar masyarakat itu sendiri - sangat bergantung keahlian praktisi yang datang dari masyarakat itu, dan ada biaya tambahan yang perlu dikeluarkan untuk memfasilitasi praktisi eksternal tersebut.

Kedua, perempuan dengan keahlian ekonomi lebih ditengah masayrakat cenderung punya suara yang lebih kuat dalam mengelola urusan masyarakat.

Di negara tetangga kita, Filipina, tidak jarang kaum perempuan dilibatkan penuh dalam proses konsultasi pengelolaan sumber daya alam lokal. Di tempat lain juga sama. Kaum perempuan di kepulauan Pasifik sering melaporkan pada peneliti kelautan bahwa separuh hasil tangkap laut datang dari mereka setiap tahun-nya.

Peranan perempuan di pesisir, pualu dan laut besar, hanya saja pihak pemangku kebijaka masih jauh dari memberi perhatian, jauh dari pendataan statistik perikanan, dan bahkan jauh dari bagian pertimbangan untuk pengambilan keputusan pemerintah lokal. Perlu kita tanyakan pada pemangku kebijakan negara kita, sejauh mana mereka telah peka dan andil memperkuat dan memberdayakan ekonomi peeremupuan di pesisir dan pulau.

Keterlibatan peranan perempuan sudah jelas berperan kuat membentuk perencanaan konservasi sumber daya alam laut yang menjunjung suara seluruh masyarakat nelayan - ketimbang umumnya suara laki-laki saja.

Pemberdayaan perempuan juga cenderung membangun keutuhan masyarakat, yang bisa membawa usaha bersama masyarakat yang lebih kompak untuk andil dalam memajukan pengelolaan sumber daya alam.

Ketiga, sebagai imbas terpenting dari inisiatif keuangan mikro bagi perempuan, adalah terciptanya keluarga yang lebih kecil dan lebih berencana. Beberapa pengalam menunjukkan bahwa perempuan yang punya peluang ekonomi lebih besar cenderung memiliki jumlah anak yang lebih sedikit.

Ini sebuah keuntungan besar bagi masyarakat pesisir dan pulau di negara yang menjalankan program keluarga berencana - dimana pertumbuhan populasi menjadi faktor utama penghambat usaha konservasi alam, seperti Indonesia.

Masyarakat bagian dari ekosistem. Konservasi sumber daya pesisir dan laut yang semata melindungi kelestarian biota dan habitat justru menumbuhkan permasalahan baru - soal kesejahteraan manusia.

Pendekatan penguatan dan pemberdayaan sosioekonomi kaum perempuan semacam ini memang bukan solusi utama dalam mengatasi penangkapan berlabih, namun memberikan dampak besar. Bagaimana sistem pasar / perdagangan terus memicu permintaan seafood yang tidak terkendali adalah salah satu pekerjaan besar lain generasi saat ini yang perlu diatasi.

*) Bank Grameen adalah sebuah organisasi kredit mikro yang dimulai di Bangladesh yang memberikan pinjaman kecil kepada orang yang kurang mampu tanpa membutuhkan collateral. Sistem ini berdasarkan ide bahwa orang miskin memiliki kemampuan yang kurang digunakan. Yang berbeda dari kredit ini adalah pinjaman diberikan kepada kelompok perempuan produktif yang masih berada dalam status sosial miskin. Pola Grameen bank ini telah diadopsi oleh hampir 130 negara didunia (kebanyakan dinegara Asia dan Afrika). Jika diterapkan dengan konsisten, pola Grameen Bank ini dapat mencapai tujuan untuk membantu perekonomian masyarakat miskin melalui perempuan. Bank ini terpilih sebagai penerima Penghargaan Perdamaian Nobel (bersama dengan Muhammad Yunus) pada tahun 2006. (Referensi: Wikipedia)
Digubah kembali dari kutipan tulisan Amanda Vincent, oleh Siham Afatta

Tidak ada komentar: