Jumat, 09 September 2011

Hutan bakau (mangrove) juga sekaya hutan tropis di daratan dalam menyimpan karbon: Pohon-pohon pesisir berperan kritis menurunkan greenhouse gas.

Mangrove sehat mendukung kesehatan biota dan ekosistem pesisir lainnya.
(Ilustrasi: E. Paul Oberlander, Woods Hole Oceanographic Institution)
Hutan bakau di pesisir kita ternyata juga menyimpan karbon seperti hutan-hutan terestrial (darat) lainnya di Bumi, menurut studi dari tim peneliti dari U.S. Forest Service and beberapa universitas. Temuan mereka di terbitkan online di jurnal ilmiah Nature Geoscience.

Tim peneliti dari stasitun riset Pacific Southwest and Northern milik U.S. Forest Service, University of Helsinki dan the Center for International Forestry Research (CIFOR) mengkaji kandungan karbon dari 25 huran mangrove di kawasan Indo-Pasifik dan temukan bahwa tiap hektar hutan mangrove menyimpan hingga empat kali lebih banyak karbon dibanding kebanyakan hutan tropis lainnya di dunia.

Hutan bakau telah lama dikenal sebagai ekosistem pesisir yang sangat produktif. Mereka mampu menjalankan siklus karbon dengan cepat. Namun, hingga temuan tim, belum pernah ada estimasi seberapa besan karbon yang tersimpan dalam ekosistem bakau. Informasi kandungan karbon pada ekosistem hutan itu penting peranannya, sebab, saat kita merombak tata-guna pesisir atau daratan (contoh: tebang pohon bakau, tebang pohon hutan tropis), maka stok karbon yang tersimpan dalam tiap tegakan pohon pada dasarnya hilang (siklus karbon berhenti) atau terlepas ke atmosfir (contoh: ketika pohon terurai atau dibakar akibat proses konsumsi manusia). Demikian saduran dari hasil penelitian yang dipimpin oleh Daniel Donato, ecologis dari Pacific Southwest Reseach Station di Hilo, Hawaii.

Hamparan luas hutan bakau di Sungai Lom, Kalimantan Timur - sedang dalam ancaman pembangunan proyek Jembatan pulau Balang. (Foto: Petr Colas).

Kemampuan hutan mangrove menyimpan jumlah kandungan karbon yang sangat besar terkait sekali dengan tempat hidup mereka di tanah berlumpur (sedimen) yang dalam dan kaya unsur hara. Rata-rata jumlah simpanan karbon dalam bakau-sedimen lima kali lebih besar dibanding hutan daratan tropis, temperate, dan boreal untuk tiap luasan area yang sebanding. Sistem akar hutan mangrove yang rumit, yang menjangkarkan tanaman tersebut ke sedimen yang terendam air, mampu memperlambat air pasang surut yang datang agar materi organik dan anorganik bisa tertangkap di permukaan sedimen. Kondisi rendah oksigen di perairan dan sedimen hutan bakau membuat laju pembusukan lambat, sehingga banyak jumlah karbon mengendap di tanah sedimen.

Bahkan, jika digabung antara tanah sedimen dengan tegakan pohon mangrove, maka hutan mangrove menyimpan jumlah karbon jauh lebih banyak lagi dibanding hutan tropis daratan lainnya.

Seorang nelayan membawa dahan dan ranting pohon mangrove yang ditebangi di kawasan hutan mangrove Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur. (Foto: beritadaerah.com)
Donato dan para peneliti juga melihat betapa besarnya karbon yang terlepas dari pembabatan hutan mangrove. Penelitian mereka menegaskan bahwa jika masyarakat bisa konsisten dalam mengelola bakau, maka hutan bakau adalah kandidat kuat untuk dilibatkan dalam program-program terkait usaha mitigasi perubahan iklim melalui pengurangan laju deforestasi (penebangan hutan).

Hingga kini, hutan mangrove di penjuru dunia telah mengalami deforestasi yang cepat dan tinggi -- 30 hingga 50 persen bakau dunia telah hilang hanya dalam kurun waktu 50 tahun kebelakang ini. Deforestasi hutan mangrove berakibat terlepasnya emisi gas greenhouse (gas rumah kaca / GRK) sebesar 0.02-0.12 petagram karbon per tahun-nya, atau 200.000.000.000 hingga 1.200.000.000 kilogram karbon tiap tahun. Angka ini sama dengan 10% atau sepersepuluh dari emisi GRK dari deforestasi di seluruh dunia, menurut penelitian tim.

Indonesia memiliki luasan hutan bakau terbesar di dunia saat ini, diperkirakan sekitar 2.5 hingga 4.5 hektar. Namun, 70% diperkirakan juga sudah dalam keadaan 'rusak'. Menyelamatkan hutan mangrove Indonesia adalah tanggungan generasi masyarakat Indonesia saat ini. Melestarikannya berarti mempersiapkan generasi dewasa Indonesia selanjutnya jauh dari resiko perubahan iklim.

Ingin mulai dengan mangrove di Indonesia? Mulailah dengan search 'Kesemat' di Google - lalu bertindak.

Referensi

Daniel C. Donato, J. Boone Kauffman, Daniel Murdiyarso, Sofyan Kurnianto, Melanie Stidham & Markku Kanninen. Mangroves among the most carbon-rich forests in the tropics. Nature Geoscience, 2011; DOI: 10.1038/ngeo1123

Tidak ada komentar: