Rabu, 24 Agustus 2011

Soft Coral sama pentingnya dengan Hard Coral.


Soft coral, atau karang lunak, lama dianggap ilmuan kelautan sebagai penyumbang kecil untuk kekokohan struktur terumbu karang. Penelitan terbaru dari Tel Aviv University menampik anggapan ini. Pelestarian karang lunak adalah bagian penting untuk kesehatan laut kita, dan mereka punya peranan besar pada pembangunan terumbu.

Hamparan karang lunak (soft coral) di terumbu karang Misool, Raja Ampat, Indonesia
Penelitan gabungan antara Tel Aviv University dan the Academia Sinica, The National Museum of Natural Science of Taiwan, dan National Taiwan University mengungkap bahwa karang lunak, sebagaimana karang keras (hard coral), - juga berperan besar membentuk pondasi terumbu, menurut Prof. Yehuda Benayahu dari Department of Zoology Tel Aviv University di George S. Wise Faculty of Life Sciences. 

Analisa mendalam terkini pada terumbu karang di Laut Cina Selatan mengungkap bahwa bagian besar dari 'pondasi' terumbu disana terbentuk dari elemen kerangka mikroskopis sclerites dari karang lunak yang berfungsi selayaknya semen pada tembok.

Sclerites mikroskopis - tampak seperti duri kecil dalam jaringan soft coral (lingkaran merah) - di dalam salah satu lengan tentakel soft coral. (Gambar: www.meades.org)
Temuan ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Coral Reefs dan kontras dengan pemahaman umum saat ini tentang karang lunak. Dengan ini, konservasi karang lunak juga sama pentingnya dengan karang keras, lumba-lumba dan paus - semua yang jadi komponen penting lingkungan laut.

- Membangun rumah dari tulang dan daging sendiri

Terumbu merupakan ekosistem yang berasal dari organisme biologis. Umumnya mereka terbangun dari 'semen' hasil sisa kerangka karang keras (hard coral / stony coral) yang mengandung zat berkapur (kalsium karbonat). Karang lunak, pada satu sisi, memiliki sclerites di jaringan tubuh mereka, yang tampak bagaikan duri-duri kecil atau duri landak - juga mengandung zat berkapur.

Di kawasan terumbu Kenting National Park, di Taiwan Selatan, para peneliti menemukan bahwa struktur terumbu disana yang sebelumnya diduga berasal dari karang keras dimasa lalu, ternyata hasil timbunan dari sclerites karang lunak yang telah tersemen dalam waktu yang lama, menjadi pondasi terumbu.

Karang lunak (soft coral) umum dianggap sebagai 'tikar tipis' diatas terumbu. Saat satu koloni karang lunak perlahan terurai, sclerites yang berukuran kurang dari 1 milimeter, diduga tersebar dan berkumpul di dasar terumbu / laut bersama serpihan cangkang kerang, duri bulu babi dan materi kecil lainnya.

Namun ternyata, sclerites menjadi bagian yang menyatu dalam ekosistem terumbu, dimana menjadi bagian utama materi 'pondasi' rumah bagi ikan, sesiput laut, alga dan lainnya.

Diluar lingkungan laut, karang lunak juga berperan dalam melindungi hunian manusia. Bongkahan besar dan struktur terumbu di pesisir yang terbentuk dari 'semen' sclerites karang lunak yang sudah mati, menjadi pemecah gelombang alami - melindungi daratan terhadap erosi pantai dan habitat laut saat topan dan badai.

- Karbon dioksida hasil manusia terus 'merebus' lautan kita.

Karang lunak tidak hanya tersebar luas di kawasan Indo-Pasifik namun juga sangat kaya keanekaragaman hayatinya, termasuk Indonesia sebagai titik utama-nya.

Hamparan luas karang lunak genus Sinularia sp di terumbu sekitar Manado Tua.
(Foto: Massimo Boyer / Kudalaut)
Karang lunak dengan nama kelompok genus Sinularia, salah satu karang lunak yang andil dalam membangun terumbu, terdiri atas sekitar 170 anggota spesies tersebar di dunia. Jumlah kekayaan spesies ini bisa dibilang paling tinggi dibanding kelompok karang keras Staghorn Coral yang yang tercatat beranggota 130 spesies.

Melihat penyebaran dan keanekaragaman karang lunak ini, jelas kelompok karang lunak masih belum diteliti sepenuhnya.

Karang lunak (soft coral) juga terancam terhapus keberadaannya dari laut. Satu penyebab utama adalah meningkatnya tingkat keasamam  / asiditas laut kita, akibat tercampurnya gas karbon dioksida hasil emisi manusia yang terus meningkat ke dalam laut.

Sejalan kita terus membakar bahan bakar minyak, air laut-pun semakin asam, dan materi organik berkapur laut(rangka tubuh karang, cangkang karang, dsb.) melapuk.

Karang lunak tidak cuma perlu dilindungi saja, namun juga perlu dipelajari lebih dalam tentang peranan mereka di ekosistem. Pertanyaan tentang secepat apa laju karang lunak bisa membangun struktur terumbu, ditengah tantangan lingkungan saat ini seperti perubahan temperatur, keasaman laut, dan perubahan muka air laut - masih belum terjawab.

- Referensi

M.-S. Jeng, H.-D. Huang, C.-F. Dai, Y.-C. Hsiao, Y. Benayahu. Sclerite calcification and reef-building in the fleshy octocoral genus Sinularia (Octocorallia: Alcyonacea). Coral Reefs, 2011; DOI: 10.1007/s00338-011-0765-z

Rabu, 17 Agustus 2011

Paus Ramadhan di Teluk Mutiara-Alor Kabupaten Alor-NTT

Dwi Ariyogagautama, 5 Agustus 2011

Tanggal 3 Agustus 2011 yang lalu tepatnya pukul 17:00 WITA terlihat semburan paus sebanyak 4 ekor, 3 berukuran besar dan 1 berukuran kecil. Lokasi pertama terlihat tepat 100-200m didepan kantor WWF-Indonesia Solar Project yaitu di teluk Mutiara -Kabupaten Alor-NTT. Kordinatnya yaitu : LS : -8,22463369, BT 124,53206501. Banyak orang yang melihat kejadian langka ini, bukan hanya staff WWF tapi juga penduduk lokal dan turis yang kebetulan berada di pelabuhan Kalabahi dalam rangka Sail Wakatobi.

Gambar 1. Peta lokasi ditemukannya 4 Paus Biru
Diperkirakan kedalaman teluk ini diatas 30m, dan paus tersebut berenang disekitar bagan apung. Kami sempat merekam paus tersebut dalam jarak sekitar 50m ketika bernafas (breathing), deskripsi yang dapat kami lihat adalah punggungnya yang selebar ±2m memiliki warna hitam dan terdapat bercak-bercak putih. Semburannya tunggal setinggi 5-6m untuk paus yang besar dan ±2m untuk paus yang kecil. Sebelum menyembur terlihat tonjolan terlebih dahulu, kemudian diiringi semburan, 4-5detik kemudian sirip dorsal terlihat kepermukaan (total punggung terlihat dipermukaan 7 detik), diperkirakan punggung yang terlihat sepanjang 4-5 m.

Gambar 2. Urutan Paus ketika bernafas

Gambar 3. Semburan diperkirakan 5-6 meter (Khaifin)

Berdasarkan pengamatan kami, jenis paus yang paling mendekati ciri-ciri tersebut adalah berjenis Paus Biru atau Blue Whale (Balaenoptera musculus). Secara berkelompok paus tersebut berenang bersama anak paus. Hingga Pukul 18:00 WITA 2 paus masih terlihat disekitar bagan apung (1 paus berukuran besar dan 1 paus berukuran kecil)., sedangkan 2 lainnya sudah berenang menjauhi pantai.

Paus Biru itu sendiri termasuk dalam salah satu jenis biota laut yang masuk dalam daftar merah (Red list ) yaitu statusnya terancam punah (endanger) berdasarkan IUCN (2000). Total populasi diseluruh dunia diperikarakan berkisar 5000-12.000 ekor pada tahun 2002 (Wikipedia).

Ancaman-ancaman yang ada juga dapat mempengaruhi populasi yang ada, yaitu seperti terkena baling-baling kapal, aktivitas kesibukan pelayaran di tempat migrasi mereka sehingga dapat mengganggu komunikasi antar Paus Biru, terakumulasinya bahan kimia seperti Polychlorinated biphenyl (PCB) didalam tubuh paus juga sudah pernah ditemukan, dan juga perubahan iklim pun menjadi ancaman terhadap pola distribusi dan pasokan makanan mereka. Sedangkan ancaman keberadaan paus biru yang kami temukan di teluk Mutiara ini yaitu padatnya aktivitas pelayaran dari kapal-kapal cargo dan kapal penumpang antar pulau, kemudian ancaman berikutnya adalah dikhawatirkan ketika air surut.

Hingga tanggal 4 Agustus 2011, paus tersebut pun masih terlihat di lokasi yang sama. Saat ini perairan Kabupaten Alor telah menjadi daerah pencadangan Kawasan konservasi laut Daerah (KKLD) Kabupaten.Alor semenjak dideklarasikan pada Peraturan Bupati Nomor 6 Tahun 2009 untuk perluasan daerah KKLD Selat Pantar menjadi KKLD Kabupaten Alor seluas 400.083 ha. Dalam luasan perairan Kabupaten Alor tersebut merupakan salah satu jalur migrasi hewan-hewan laut yang dilindungi, seperti halnya mamalia laut (Cetacean). Berdasarkan data Benjamin Kahn (2002) ditemukan 7 jenis paus dan 5 jenis lumba-lumba yang melintasi perairan kabupaten Alor, serta berdasarkan pengamatan WWF-Indonesia Solar Project terdapat juga Duyung (Dugong dugon). Paus biru telah teridentifikasi dilokasi ini bukan saja sebagai potensi alam yang dapat mengangkat nama Kabupaten Alor, namun upaya untuk melindungi keberadaannya juga sangat penting, melalui KKLD Alor ini diharapkan segala potensi alam laut dapat terkelola dengan baik untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat kabupaten Alor (YG).