Kamis, 05 Agustus 2010

Emisi karbon mengancam populasi ikan.

Emisi karbon dioksida manusia bisa berdampak signifikan bagi populasi ikan dunia, menurut penelitian terkini di Australia.

Akibat kandungan CO2 yang meningkat, juvenil ikan berenang menjauhi habitat terumbu-nya sehingga resiko kematian akibat dimakan predator lebih tinggi. 
(Foto: Dr Mark McCormick, ARC Centre of Excellence for Coral Reef studies)

Bayi ikan dengan bisa menjadi santapan mudah bagi predator saat lautan dunia menjadi semakin asam akibat CO2 yang diserap dari aktifitas manusia.

Dalam serangkaian eksperimen yang dilaporkan dalam Proceedings of the National Academy of Science (PNAS), tim riset menemukan bahwa sejalan dengan meningkatnya tingkat karbon dan meng-asam-nya lautan, tingkah laku bayi ikan berubah dramatis - dalam hal berkurangnya peluang kelulushidupan sebesar 50 hingga 80 persen.

"Ketika CO2 meningkat di atmosfir dan larut dalam lautan, air menjadi sedikit lebih asam. Pada akhirnya ini akan mencapai titik dimana indera penciuman dan tingkah laku larva ikan berubah secara signifikan," ujar Professor Philip Munday dari the Australian Research Council's Centre of Excellence for Coral Reef Studies (CoECRS) di James Cook University.

"Bukannya menghindari predator, mereka bisa menjadi tertarik dengan predator. Larva ikan tersebut tampaknya kehilangan kewaspadaan alamiahnya dan mulai mengambil resiko besar, seperti berenang ke lautan lepas -- dengan konsekuensi yang mematikan tentunya."

Dr Mark Meekan dari the Australian Institute of Marine Science, salah satu penulis artikel jurnal tersebut, berkata bahwa perubahan tingkah laku ikan bisa memberikan implikasi serius terhadap keberlanjutan populasi ikan sebab lebih sedikit bayi ikan yang bisa bertahan hidup untuk regenerasi populasi dewasa.

"Setiap kita menyalakan mobil atau lampu, CO2 dihasilkan dan diserap lautan, pada akhirnya membuat laut sedikit lebih asam. pH lautan telah menurun 0.1 satuan dan bahkan bisa lebih lagi hingga 0.3 - 0.4 satuan jika kita terus melepaskan CO2 dalam laju yang meningkat saat ini.

"Kita sudah tahu bahwa ini akan berdampak yang tidak diinginkan bagi karang, hewan laut bercangkang, plankton dan organisme yang memiliki pengapuran dalam rangka tubuhnya. Sekarang kita mulai tahu bahwa keadaan ini juga bisa berdampak pada biota laut lainnya, sebagaimana pada ikan."

Penelitian sebelumnya dari Prof. Munday dan rekan-rekan menemukan bahwa bayi clownfish 'Nemo' tidak bisa sulit dalam navigasi pulang ke habitatnya dalam kondisi laut yang lebih asam. Experimen terkininya mencakup beragam spesies ikan dan menunjukkan bahwa air laut yang ter-asidifikasi menghasilkan perubahan yang membahayakan dalam tingkah laku ikan."

"Jika manusia terus membakar batubara dan minyak dalam laju saat ini, tingkat CO2 atmosfir bisa mencapai 750 - 1000 bagian persejuta di akhir abad ini. Keadaan ini bisa mengasamkan laut lebih cepat dari yang sudah terjadi dalam kurun 650.000 tahun ke belakang.

"Dalam experimen ini, kami menggunakan air laut yang dikondisikan sebagaimana keasaman di akhir abad - dalam situasi kita yang tidak melakukan apa-apa dalam mengurangi emisi. Bayi ikan kami kondisikan dalam air laut tersebut, dalam aquarium, dan dikembalikan ke laut untuk diamati bagaimana tingkah laku mereka setelah itu.

"Ketika kami kembalikan ke terumbu, kami menemukan bahwa mereka berenang menjauhi sarang/tempat berlindungnya mereka dan kemungkinan kematian mereka lima hingga delapan kali lebih tinggi dibanding bayi ikan normal," ujar Professor Munday.

Beliau menambahkan bahwa, sebagai catatan, dampak ini bisa terjadi baru dari pemanasan global saja, sebagai konsekuensi langsung emisi karbon manusia.

Tim peneliti menyimpulkan bahwa, "Hasil kami menunjukkan bahwa tambahan CO2 yang diserap lautan berpotensi dalam melemahkan kesuksesan rekrutmen ikan dan secara langsung berdampak bagi keberlangsungan populasi ikan di masa depan."

Prof. Munday menambahkan, dalam laporan tahun 2008 tentang status perikanan dunia oleh UN-FAO bahwa, "potensi maksimum ikan liar yang bisa ditangkap dari lautan saat ini sudah tercapai" Jika Kita menambah dampak pengasaman laut dan dampak berubahan iklim lainnya, berarti ada alasan kuat Kita perlu cemas akan habisnya cadangan ikan dunia dimasa depan dan jumlah sumber pangan yang bisa kita dapat dari laut."

Referensi:

Philip L. Munday, Danielle L. Dixson, Mark I. McCormick, Mark Meekan, Maud C.O. Ferrari and Douglas P. Chivers. Replenishment of fish populations is threatened by ocean acidification. PNAS, July 6, 2010 DOI: 10.1073/pnas.1004519107

Tidak ada komentar: