Jumat, 02 Juli 2010

Pembangunan jembatan di Kalimantan mengancam hutan hujan tropis, mangrove dan terumbu karang (3)

Dari Jeremy Hance, Mongabay.com, 3 Januari, 2010


Mangrove di Teluk Balikpapan. Foto: Petr Slavik

Tidak banyak yang tersisa.

Pembangunan jalan yang mengakibatkan perusakan hutan bukan hal baru di beberapa daerah di Kalimantan. Pembangunan jalan telah merusak Taman Nasional Kutai, Hutan Konservasi Bukit Soehato, dan Hutan LIndung Manggar. Kawasn suaka alam liar ini telah kehilangan hampir seluruh hutan primer mereka, dan kebanyakan dari taman nasional sudah pernah terbakar setidaknya sekali.

Proses penghancuran hutan perlahan akibat dampak manusia sudah berjalan di hutan Sungai Wain, yang juga terancam dengan rencana konstruksi jalan raya sepanjang tepi selatan.

"Banyak sekali pembalakan liar berlansung sepanjang jalan, lahan dibuka dengan cepat melalui penebangan dan pembakaran dan beberapa rumah kecil awal sudah mulai muncul di kedua sisi jalan. Sebuah proses yang tidak nyaman," ujar Lotha. Meskipun pemerintah menjanjikan pemantauan yang lebih baik, peningkatan penegakan hukum , dan perlindungan hutan, "dalam prakteknya, tidak ada kawasan cagar alam yangberada sepanjang jalan raya provinsi Kalimantan Timur yang tetap bertahan."

Beberapa jumlah spesies di kawasn tersebut saat ini, secara global terancam punah. Kucing teluk, kucing kepala datar, orangutan Borneo, burung Storm's stork, gibbon Borneo, monyet proboscis, semua terdaftar sebagai Endangered (terancam punah) dalam daftar merah IUCN.

Hutan tersebut juga rumah bagi langur berdada putih, jenis primata yang sulit dijumpai yang beru difoto pertama kalinya di tahun 2005. Kebanyakan dari foto yang direkam berasal dari hutan Sungai Wain.

Bagi Frederikkson, yang mempelajari beruang matahari, yang dikategorikan 'Satwa Rentan' , proyek pembangunan akan berdampak buruk pada populasi lokal hewan yang sudah dipelajarinya beberapa tahun.

"Pembangunan akan lebih mengucilkan populasi beruang matahari yang kecil dan rapuh, yang juga, sayangnya, maskot kota Balikpapan sejak tahun 2004. Pembangunan akan menghabisi kawasan tinggal sejumlah beruang , dan akan meningkatkan penjarahan beruang (melali jerat) lebih banyak lagi" ujar Frederikkson. "Saya mengestimasikan bahwa populasi beruang matahari akan berkurang separuh akibat pembangunan jalan ini dan membuat populasi mereka lebih rentan akan kepunahan yang lebih dini."



Seekor langur di hutan Sungai Wain. Foto: Milan Janda

Tidak ada komentar: