Minggu, 25 April 2010

Kotoran ikan Paus bisa menurunkan kandungan karbon: Wow, banyak kandungan zat besi !

Bersiaplah untuk berita 'jorok' untuk kali ini. Namun, berita jorok ini telah jadi banyak headline di awal tahun ini seperti:
Penelitian terkini mengungkap peranan kotoran ikan Paus dalam produktifitas Perairan Selatan dunia. Ilmuwan dari Australian Antarctic Division (AAD) dan the Antarctic Climate and Ecosystem Cooperative Research Centre sedang melihat bagaimana Krill dan ikan Paus mempengaruhi kandungan nutrisi zat besi di Perarian Selatan.

Ikan paus sedang 'pup'.
Foto: http://www.planktos-science.com/

Iron (zat besi) adalah elemen esensial di lautan yang memungkinkan terjadinya produksi tumbuhan akuatik, umum dikenal sebagai Algae, yang menyerap karbon dioksida (CO2).

Ketika Algae mati, mereka tenggelam dan mengikat Iron dari permukaan laut, namun kebanyakan Algae umumnya dimakan Krill, yang kemudian menjadi santapan favorit hewan yang jauh lebih besar seperti Singa Laut, Pinguin dan ikan Paus.

Krill, makanan favorit ikan Paus.
Foto: http://www.somas.stonybrook.edu/

Penelitian yang dilakukan Dr Steve Nicol dan rekan di AAD mencoba melihat sampel feses dan jaringan tubuh empat spesies paus Baleen dan sampel jaringan tubuh dari tujuh spesies Krill.

Video Paus berburu Krill


Para peneliti menemukan bahwa Krill menumpuk zat iron yang mereka konsumsi di dalam tubuh mereka, dan sebab mereka berenang dekat permukaan mereka juga berperan menjaga zat iron berada di lapisan teratas lautan. Sebab itulah kandungan Iron di kotoran ikan Paus sangat tinggi.

Sekitar 24% dari total kandungan zat Iron di permukaan Perairan Selatan saat ini berada didalam jaringan tubuh Krill. Wow. Peranan sangat besar untuk kelompok makhluk berukuran 1 - 2 centimeter.

Estimasi terkini biomasa Krill di Perairan Selatan adalah 379 juta ton, menyimpan sekitar 15.000 ton zat Iron.

Ketika ikan paus mengkonsumsi Krill yang kaya-akan-zat-Iron, mereka membuang kebanyakan dari Iron tersebut ke laut, secara langsung 'memberi pupuk' pada laut dan memicu bergulirnya siklus rantai makan bagi Krill lagi.

Kandungn iron di feses Paus Baleen terhitung bisa mencapai 10 juta kali kandungan Iron di air laut Antartika.

Sebelum perikanan komersil paus dimulai awal satu abad lalu, paus biasa mengkonsumsi sekitar 190 juta ton Krill, yang berarti sekitar 7.6000 ton  feses -kaya-zat-besi.

Kemampuan 'memupuk' laut  yang luar biasa ini menjadikan ikan Paus berperan dalam mendaur ulang sekitar 12% kandungan zat iron di lapisan atas Perairan Selatan.

Peranan Krill dan ikan Paus dalam daur ulang nutrisi laut menjelaskan kita bagaimana ekosistem Kita mendukung proses 'memangsa' dan 'dimangsa' antara populasi biota mini dengan raksasa.

Penelitian ini memperkirakan bahwa, di masa depan, meningkatnya populasi ikan Paus dan Krill akan memberikan dampak positif dalam kesuburan ekosistem Perairan Selatan dan meningkatkan kemampuan laut untuk menyerap CO2.

Berlebihannya Kita dalam mencemari atmosfir melalui emisi karbon Kita telah mendukung ekspansi manusia dalam merusak laut melalui fenomena Pengasaman laut / Ocean Acidification. Sekecil-kecilnya komponen dan proses di alam ini adalah God given dan semua ada tujuannya. Bahkan Paus dan Krill, mereka punya tugas alamiah menjaga kandungan CO2 di laut.

Pertanyaanya adalah, apakah 'sampah CO2' yang kita sumbang ke laut setiap harinya seimbang dengan  kemampuan laut dan biotanya untuk bertahan? Berapa lama lagikah ikan Paus bisa bertahan menjalankan tugas mulia-nya dengan kapasitas pembantaian paus oleh  manusia yang terus merajalela?


Referensi 

Nicol, S, Bowie, A, Jarman, S, Lannuzel, D, Meiners, KM & Merwe, Pvd 2010, 'Southern Ocean iron fertilization by baleen whales and Antarctic krill', Fish and Fisheries, vol. 9999, no. 9999